Kepemimpinan atau leadership
merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu social, sebab prinsip-prinsip dan
rumusannya diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan
manusia (Moejiono, 2002). Ada banyak pengertian yang dikemukakan oleh
para pakar menurut sudut pandang masing-masing, definisi-definisi
tersebut menunjukkan adanya beberapa kesamaan.
Pengertian Kepemimpinan
Menurut Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu
kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang
didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain
dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.
Ir. Soekarno
Dr.(HC) Ir. Soekarno (ER, EYD: Sukarno, nama lahir: Koesno Sosrodihardjo) (lahir di Surabaya, Jawa Timur, 6 Juni 1901 – meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970 pada umur 69 tahun) adalah Presiden Indonesia pertama yang menjabat pada periode 1945–1966. Ia memainkan peranan penting dalam memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda. Ia adalah Proklamator Kemerdekaan Indonesia (bersama dengan Mohammad Hatta) yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945. Soekarno adalah yang pertama kali mencetuskan konsep mengenai Pancasila sebagai dasar negara Indonesia dan ia sendiri yang menamainya.
Soekarno menandatangani Surat Perintah 11 Maret 1966 Supersemar yang kontroversial, yang isinya—berdasarkan versi yang dikeluarkan Markas Besar Angkatan Darat—menugaskan Letnan Jenderal Soeharto untuk mengamankan dan menjaga keamanan negara dan institusi kepresidenan. Supersemar menjadi dasar Letnan Jenderal Soeharto untuk membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan mengganti anggota-anggotanya yang duduk di parlemen. Setelah pertanggungjawabannya ditolak Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) pada sidang umum ke empat tahun 1967, Soekarno diberhentikan dari jabatannya sebagai presiden pada Sidang Istimewa MPRS pada tahun yang sama dan Soeharto menggantikannya sebagai pejabat Presiden Republik Indonesia
Soekarno menandatangani Surat Perintah 11 Maret 1966 Supersemar yang kontroversial, yang isinya—berdasarkan versi yang dikeluarkan Markas Besar Angkatan Darat—menugaskan Letnan Jenderal Soeharto untuk mengamankan dan menjaga keamanan negara dan institusi kepresidenan. Supersemar menjadi dasar Letnan Jenderal Soeharto untuk membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan mengganti anggota-anggotanya yang duduk di parlemen. Setelah pertanggungjawabannya ditolak Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) pada sidang umum ke empat tahun 1967, Soekarno diberhentikan dari jabatannya sebagai presiden pada Sidang Istimewa MPRS pada tahun yang sama dan Soeharto menggantikannya sebagai pejabat Presiden Republik Indonesia
Kepemimpinan Soekarno
A. Karir Kepemimpinan Soekarno
Soekarno memulai karirnya sebagai pemimpin organisasi pada usia 26
tahun,tepatnya 14 Juli 1927. Pada saat itu beliau memimpin sebuah partai
politik yaitu Partai Nasional Indonesia (PNI) yang mempunyai arah
perjuangan kemerdekaan bagiIndonesia. Hal ini mengakibatkan para
pimpinan PNI termasuk Soekarno ditangkap dandiadili oleh pemerintahan
kolonial Belanda. Tetapi pada saat di dalam proses pengadilan Soekarno
malah menyampaikan pandangan politiknya mengenai gugatannya terhadap
pemerintahan yang terkenal dengan Indonesia menggugat. Sikap Soekarno
sebagai pemimpin bangsa pada saat itu sangat menekankan pentingnya
persatuan dalam nasionalisme, kemandirian sebagai sebuah bangsa dan anti
pejajahan. Hal ini tercermin di dalam pidato-pidato beliau dalam
menggelorakansemangat revolusi secara besaran-besaran untuk lepas dari
belenggu imperialisme.Akhirnya Soekarno berhasil menggelorakan semangat
revolusi dan mengajak berdiri diatas kaki sendiri bagi bangsanya,
walaupun belum sempat berhasil membawa rakyatnyadalam kehidupan yang
sejahtera. Konsep “berdiri di atas kaki sendiri” memang belumsampai ke
tujuan tetapi setidaknya berhasil memberikan kebanggaan pada eksistensi
bangsa. Daripada berdiri di atas utang luar negeri yang terbukti
menghadirkanketergantungan dan ketidakberdayaan (neokolonialisme).Sikap
tersebut mengakibatkan Belanda membubarkan organisasi PNI
sehinggaSoekarno dan teman seperjuangannya bergabung dengan Partindo
pada bulan Juni tahun1930. Setelah melalui perjuangan yang panjang
bahkan beliau pernah dipenjara kembalioleh Belanda namun tidak
menyurutkan langkah perjuangannya. Pada akhirnya, padatanggal 17 Agustus
1945 Soekarno bersama Muhammad Hatta berhasilmemproklamasikan
kemerdekaan Republik Indonesia menandai berdirinya negara yang
berdaulat. Sebelumnya, ia juga berhasil merumuskan Pancasila yang
kemudian menjadi dasar (ideologi) Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ia
berupaya mempersatukan nusantara. Bahkan ia berusaha menghimpun
bangsa-bangsa di Asia, Afrika, danAmerika Latin dengan Konferensi Asia
Afrika di Bandung pada 1955 yang kemudian berkembang menjadi Gerakan Non
Blok. Setelah pemerintahan berjalan di tangan bangsa Indonesia,
Soekarno memimpin pemerintahan dan mengalami berbagai fase dalam
pemerintahannya. Fase pertama pemerintahan Presiden Soekarno (1945-1959)
diwarnai semangat revolusioner, serta dipenuhi kemelut politik dan
keamanan. Belum genap setahun menganut sistem presidensial sebagaimana
yang diamanatkan UUD 1945, pemerintahan Soekarno tergelincir ke sistem
semi parlementer. Pemerintahan parlementer pertama dan kedua dipimpin
oleh Perdana Menteri Sutan Sjahrir. Pemerintahan Sjahrir dilanjutkan
oleh PM Muhammad Hatta yang merangkap Wakil Presiden. Kepemimpinan
Soekarno terus menerus berada di bawah tekanan militer Belanda yang
ingin mengembalikan penjajahannya, pemberontakan-pemberontakan
bersenjata, dan persaingan di antara partai-partai politik. Sementara
pemerintahan parlementer jatuh-bangun. Perekonomian terbengkalai
lantaran berlarut-larutnya kemelut politik. Ironisnya, meskipun menerima
sistem parlementer, Soekarnomembiarkan pemerintahan berjalan tanpa
parlemen yang dihasilkan oleh pemilihan umum. Semua anggota DPR (DPRGR)
dan MPR (MPRS) diangkat oleh presiden dari partai-partai politik yang
dibentuk berdasarkan Maklumat Wakil Presiden, tahun 1945. Demi kebutuhan
membentuk Badan Konstituante untuk menyusun konstitusi barumenggantikan
UUD 1945, Soekarno menyetujui penyelenggaraan Pemilu tahun 1955, pemilu
pertama dan satu-satunya Pemilu selama pemerintahan pada saat itu.
Pemilu tersebut menghasilkan empat besar partai pemenang yakni PNI,
Masjumi, NU dan PKI. Usai Pemilu, Badan Konstituante yang disusun
berdasarkan hasil Pemilu, mulai bersidang untuk menyusun UUD baru. Namun
sidang-sidang secara marathon selamalima tahun gagal mencapai
kesepakatan untuk menetapkan sebuah UUD yang baru. Menyadari bahwa
negara berada di ambang perpecahan, Soekarno dengan dukungan Angkatan
Darat, mengumumkan dekrit 5 Juli 1959. Isinya; membubarkanBadan
Konstituante dan kembali ke UUD 1945. Sejak 1959 sampai 1966, Bung Karno
memerintah dengan dekrit, menafikan Pemilu dan mengangkat dirinya
sebagai presiden seumur hidup. Pemerintahan parlementer yang berpegang
pada UUD Sementara, juga jatuh dan bangun oleh mosi tidak percaya.
Akibatnya, kondisi ekonomi kacau. Pada fase kedua kepemimpinannya,
1959-1967, Soekarno menerapkan demokrasi terpimpin. Semua anggota DPRGR
dan MPRS diangkat untuk mendukung program pemerintahannya yang lebih
fokus pada bidang politik. Bung Karno berusaha keras menggiring
partai-partai politik ke dalam ideologisasi NASAKOM—Nasional,Agama dan
Komunis. Tiga pilar utama partai politik yang mewakili NASAKOM adalah
PNI, NU dan PKI. Bung Karno menggelorakan Manifesto Politik USDEK.
Diamenggalang dukungan dari semua kekuatan NASAKOM. Namun di tengah
tingginya persaingan politik Nasakom itu, pada tahun 1963, bangsa ini
berhasil membebaskan Irian Barat dari cengkraman Belanda.Tahun
1964-1965, Soekarno kembali menggelorakan semangat revolusioner
bangsanya ke dalam peperangan (konfrontasi) melawan Federasi Malaysia
yang didukung Inggris. Sementara, dalam kondisi itu, tersiar kabar
tentang sakitnya Soekarno. Situasi semakin runyam tatkala PKI
melancarkan Gerakan 30 September 1965. Tragedi pembunuhan tujuh jenderal
Angkatan Darat tersebut menimbulkan situasi chaos di seluruh negeri dan
menyebabkan kondisi politik dan keamanan hampir tak terkendali.
Menyadari kondisi tersebut, Presiden Soekarno mengeluarkan Surat
Perintah 11Maret 1966 kepada Jenderal Soeharto. Ia mengangkat Jenderal
Soeharto selakuPanglima Komando Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib) yang
bertugasmengembalikan keamanan dan ketertiban. Langkah penertiban
pertama yang dilakukanSoeharto, sejalan dengan tuntutan rakyat ketika
itu, membubarkan PKI. Soekarno,setelah tragedi berdarah tersebut,
dimintai pertanggungjawaban di dalam sidangistimewa MPRS tahun 1967.
Pidato pertanggungjawabannya ditolak. Kemudian Soeharto diangkat selaku
Pejabat Presiden dan dikukuhkan oleh MPRS menjadiPresiden RI yang Kedua,
Maret 1968.
B. Gaya Kepemimpinan Soekarno
Melihat
bagaimana seorang Soekarno memimpin di dalam sebuah organisasi maupun
pemerintahan, menunjukkan perannya yang sentral sebagai seorang
pemimpinsejati, sebagai seorang inspirator, idealis dan sebagai simbol
perjuangan rakyat dalammenegakkan negara yang berdaulat yang dapat
dijadikan sebagai panutan. Akan tetapi,ia akhirnya dijadikan kambing
hitam atas peristiwa yang mengakibatkan kekacauan politik di masa akhir
kepemimpinannya. Dan gaya yang diterapkannya jelas menunjukkan bahwa
Soekarno merupakan tipe pemimpin yang demokratis dengan mengedepankan
semangat persatuan di atas kepentingan golongan, kelompok, ras,
suku,agama tertentu akan tetapi juga ada yang menilainya sebagai
pemimpin yang bertipe otoriter karena terkesan memaksakan kebijakan
pemerintahannya kepada lembaga legislatif pada saat itu. Sebagai seorang
pemimpin sejati soekarno mampu membawa arah perjuangan tetap konsisten
meskipun banyaknya rintangan yang dihadapinya. Dapat dijadikan contoh
ketika beliau berkali-kali dipenjara oleh pemerintahan kolonial, beliau
tetap tegar bahkan semakin lantang dalam menentang penjajahan sampai
memperoleh kemerdekaannya. Dalam hal sebagai inspirator atau seorang
idealis Soekarno dapat menunjukkan prestasinya melalui rumusan Pancasila
yang menjadi dasar negara hingga sekarang disamping pemikiran-pemikiran
yang lain seperti Marhaenisme, kemandirian untuk hidup di atas kaki
sendiri, nasionalisme persatuan di atas perbedaan yang ada di dalam
negara dan satu idealisme yang kontroversial mengenai konsep NASAKOM
(Nasionalis, Agama dan Komunis) demi tercapainya persatuan bangsa
mencapai eksistensinya di dalam mempertahankan kemerdekaan. Sebagai
pemimpin yang idealis, Soekarno tidak mudah terpengaruh dengan keadaan
bangsa ketika dihadapkan pada situasi yang sedang gawat. Beliau tetap
berada untuk berada di atas prinsipnya sendiri dan menghindari campur
tangan asing. Idealis seperti ini tercermin dengan seringnya pergantian
sistem pemerintahan demi mengatasi masalah di dalam keadaan yang
berbeda-beda. Bahkan idealismenya terlihat agak otoriter karena harus
memaksakan keputusannya dalam mengatasi krisis dengan dekrit presiden,
dan mengangkat dirinya menjadi presiden seumur hidup misalnya. Pada masa
perjuangan menegakkan kedaulatan bangsa, Soekarno layak disebut sebagai
simbol perjuangan karena pada saat itu beliau mampu tampil sebagai
diplomat dan orator yang mampu mengobarkan semangat perjuangan rakyat.
Keberanian beliau terlihat ketika menyuarakan secara berapi-api tentang
revolusi nasional, antineokolonialisme dan imperialisme. Dan juga
kepercayaannya terhadap kekuatan massa,kekuatan rakyat. Beliau adalah
seorang pemimpin yang rendah hati disamping sebagai seorang pemberani.
Sifat ini dapat dilihat dari dalam karyanya ‘Menggali Api Pancasila’.
Beliau berkata “Aku ini bukan apa-apa kalau tanpa rakyat. Aku besar
karena rakyat, aku berjuang karena rakyat dan aku penyambung lidah
rakyat,” Maka pantas apabila beliau dijadikan simbol perjuangan rakyat
karena ketulusannya demi dan untuk rakyatnya.
Pada akhirnya, Soekarno tetaplah manusia biasa yang tidak terlepas dari kesalahaan yang harus beliau bayar dengan melepaskan jabatannya sebagi Presiden Republik Indonesia yang pertama. Pada akhir jabatannya beliau dianggap bersalahdengan terjadinya tragedi G 30 S PKI yang mengakibatkan beliau harus menjadi kambing hitam (as scapegoat) atas terjadinya peristiwa itu dan harus turun tahta dari pemimpin bangsa setelah beliau berhasil mengawalinya.
Pada akhirnya, Soekarno tetaplah manusia biasa yang tidak terlepas dari kesalahaan yang harus beliau bayar dengan melepaskan jabatannya sebagi Presiden Republik Indonesia yang pertama. Pada akhir jabatannya beliau dianggap bersalahdengan terjadinya tragedi G 30 S PKI yang mengakibatkan beliau harus menjadi kambing hitam (as scapegoat) atas terjadinya peristiwa itu dan harus turun tahta dari pemimpin bangsa setelah beliau berhasil mengawalinya.
Sumber:
100 Tokoh yang Mengubah Indonesia
. 2005. Aning, Floriberta. Yogyakarta: Narasi
Psikologi Sosial
.1978. Walgito, Bimo. Yogyakarta: Andi Offset
Soekarno Pemikiran Politik dan Kenyataan Praktek
. 1988. Sjamsuddin, Nazaruddin. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
www.tokohindonesia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar